Kemunculan musik Rock underground
di Indonesai berawal dari rocker era 70-an. Sebut saja God Bless, AKA/SAS, Gang
Pegangsaan, Bentoel, dll. Semua band yang disebutkan tadi merupakan generasi
rocker Indonesia. Istilah Underground sebenarnya berasal dari Majalah Aktuil
awal era 70-an yang digunakan untuk majalah musik dan gaya hidup pionir asal
Bandung untuk mengidentifikasi band-band yang memainkan musik keras dengan gaya
lebih “Liar” dan “Ekstrim”. Beriringnya zaman band-band Rock mencatat sejarah
namanya dan sempat mengharumkan dipentas nasional. Diantanranya El Pamas,Grass
Rock (Malang), Power Metal (Surabaya), Adi Metal Rock (Solo), Val Halla (Medan)
hingga Roxx (Jakarta).
Menjelang akhir era 80-an,
anak-anak muda mengalami demam musik Thrash Metal. Ini perkembangan style musik
Metal yang lebih ekstrim dibandingkan Heavy Metal. Band-band yang menjadi hits
saat itu antara lain Slayer, Metallica, Exodus, Megadeth, Kreator, Sodom,
Anthrax dan masih banyak yang lainnya. Kota-kota besar yang ada di Indonesia
seperti Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Surabaya, Malang hingga Bali mulai
melahirkan musik ekstrim tersebut.
Sedemikain panjangnya perjalanan
Rock Underground di tanah air, mungkin baru diparuh pertama dekade 90-an mulai
terbentuk scene-scene Underground dalam arti sebenarnya. Pada era ini musik
Metal yang digandrungi adalah subgenre yang makin ekstrim seperti Death Metal,
Brutal Death Metal, Grindcore, Black Metal hingga Gothic/Dom Metal. Band-band
yang terkenal di era ini adalah Trauma, Dead Squad, Tengkorak, Corporation of
Bleeding, Adaptor, dan masih banyak lagi. Band Grindcore Tengkorak pada tahun
1996, tercatat sebagai band yang pertama kali merilis mini album secara
independen di Jakarta dengan judul “it’s A Proud To Vomit Him”. Album ini
direkam secara profesional di Studio Triple M, Jakarta dengan sound engineer
Harry Widodo.
Tahun 1996 juga mencatat kelahiran
musik Underground pertama di Jakarta, Brainwashed zine. Edisi pertama
Brainwashed terbit 24 halaman dengan menampilkan cover Grusig dan profil band
Trauma, Betrayer serta Delirium Tremens. Diketik dengan komputer dengan
berbasis system operasi windows 3.1 dan lay out cut n’ paste trdisional, oleh
Brainwashed diperbanyak 100 eksemplar dengan mesin foto copy milik saudara
sendiri. Diedisi berikutnya Brainwashed mengulas pula band-band Hardcore, Punk
hingga SKA.
Tanggal 29 September 1996 dimulainya
era baru bagi perkembangan Rock Underground di Jakarta. Tepat hari itu diadakan
musik Indie untuk pertama kalinya di Poster Cafe. Acaranya “Underground
Session”. Cafe legendaris yang dimiliki Rocker Ahmad Albar ini banyak
melahirkan dan membesarkan scene musik
Indie baru yang memainkan genre musik yang berbeda dan variatif.
10 Maret 1999 merupakan hari
kematian scene Poster Cafe untuk selama-lamanya. Pada hari itu, terakhir
kalinya diadakan acara musik di sana (subnormal revolution) yang berujung
kerusuhan besar antar massa Punk dengan warga sekitar hingga berdampak
hancurnya beberapa mobil. Bubarnya Poster Cafe diluar dugaan malah melahirkan
banyak venue-venue alternatif bagi scene
musik Indie. Setelah Poster Cafe tiada kini pindah haluan ke cafe Kupu-kupu di
Bulungan yang sering digunakan scene musik SKA, Pondok Indah Waterpark, GM
2000cafe dan Cafe Gueni di Cikini untuk scene Brit/Indie pop, Pakit De Java
Club di Menteng untuk gigs Punk/Hardcore dan juga Indie pop. Belakangan BB’s
Bar yang super sempit di Menteng sering disewa untuk acara garage Rock-new
wave-mellow Punk juga Rock yang kini sedang Hot seperti The Upstairs, Seringai,
The Brandals, C’mon Lennon, Killed By Butterflay, Sajama Cut, dan masih banyak
lagi.
Inovasi musik alternatif dan dilirisnya album Kiss This dari Sex
Pistols pada tahun 1992 ternyata menjadi trigger yang ampuh dalam melahirkan
band-band baru yang tidak memainkan musik Metal. Misalnya saja band Pestol Aer
dari komunitas Young Offender yang diawal kiprahnya serimg mengcover lagu-lagu
Sex Pistol lengkap dengan dress-up punk dan haircut mohawknya. Uniknya
perjalanan sekitar tahun 1997, sempat merilis album debut bertitel ‘... Jang
Doeloe’. Generasi awal dari scene Brit Pop ini antara lain band Rumahsakit,
Wondergel, Planet Bumi, Orange, Jellyfish, Jepit Rambut, Room-V, Parklife
hingga Death Goes To The Disco.
Band Pestol Aer bukanlah band
pertama, di ibukota ini tahun 1989 sempat melahirkan band Punk/Hardcore pionir
Antiseptic yang kerap memainkan nomor-nomor milik Black Flag, The Misfits,
sampai Sex Pistol. Awal tahun 19890, Jakarta melahirkan band Punk Rock The
Idiots yang awalnya sering manggung mengcover lagu-lagu The Exploited. Tak jauh
beda dengan Antiseptic, baru sembilan tahun kemudian The Idiots merilis album
yang bertitel ‘..Living Comfort In Anarchy..’ via label Indie Movement Record.
Sementara rilisan klasik dari scene Punk/Hardcore Jakarta adalah album
komplikasi Walk Together, Rock Together (Locos Enterprise) yang rilis awal
tahun 1997 memuat single antara lain dari band Youth Against Fascism, Anti
Septic, Straight Answer, Dirty Edge, dsb. Album komplikasi Punk/Hardcore
lainnya adalah Still One, Still Proud yang berisikan single dari Sexy Pig, The
Idiots, Cryptical Death hingga Out Of Control.
Kini beralih ke Bandung .......
Sekitar awal tahun 1994 terdapat
studio musik yang merupakan cikal bakal scene Rock Underground. Namanya ‘Studio
Reserve’ yang terletak di daerah Sukasenang. Pembentukan studio ini digagas
oleh Ricard Mutter (saat itu drummer PAS) dan Helvi. Semakin berkembangnya Reverse lantas melebarkan sayap bisnisnya
dengan membuka distro. Selain itu juga sempat membentuk label independen
40.1.24 yang rilisan pertamanya di tahun 1997 yakni komplikasi CD bertitel
“masa indah banget sekali pisan”. Band-band Indie yang ikut komplikasi ini
adalah Burger Kill, Puppen, Papi, Rotten To The Core, Full Of Hate dan Waiting
Room yang merupakan band dari Jakarta.
Ke timur Bandung sedikit, kita
menemukan komunitas yang menjadi episentrum Underground Metal yakni komunitas
Ujung Berung. Daerah ini dulu sempat berdiri Studio Palapa yang berjasa
membesarkan band-band Underground seperti Jasad, Forgotten, Sacrilegious, Sonic
Torment, Morbus Corps, Tympanic Membrane, Infamy, Burger Kill, dsb.
Bagi siapapun yang pernah
menyaksikan konser Rock Underground di Bandung pasti takkan melupakan GOR
Saparua yang terkenal hingga ke tanah air. Bagi band-band Indie gedung ini
laksana gedung keramat yang penuh daya magis. Band luar Bandung kalu belum di
‘baptis’ belum afdol rasanya. Artefak subkultur bawah tanah paling legendaris
ini adalah saksi bisu digelarnya beberapa Rock Show seperti Hullabaloo, Bandung
Berisik, dan Bandung Underground. Kota ini sempat dijuluki barometer Rock
Underground di Indonesia. Bandung merupakan sejuta gagasan cerdas bagi kemjuan
scene nasional. Meledaknya distro sampai ke tanah air hingga keberhasilan
menjual album Indie hingga puluhan ribu keping. Bahkan Burger Kill yang
merupakan band Hardcore Indonesia pertama kali teken kontrak dengan major label
Sony Music Indonesia juga dibesarkan di
kota Bandung. Selain itu juga ada band-band Indie lainnya yang keren dan
berasal dari kota ini seperti Koil, Kubik, Balcony, The Bahamas, Blind To See,
Rocket Rockers, The Milo, Teenage Death Star, Komunal dan The S.I.G.I.T.
Bandung merupakan kota yang nggak
ada matinya bagi kaum yang berani berkarya ..... ... !!!!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar